Bandung


Bandung

Jika kita bicara Bandung, mungkin akan beragam cerita yang melatar-belakanginya. Bermacam-macam jenis dan tempat kuliner ? So pasti. Fashion ? Katanya sih ga ketinggalan di seantero nusantara. Kreativitas ? Menurut Pak Walikota diklaim begitu katanya. Orangnya ramah-ramah ? Khas suku sunda bisa jadi. Apalagi ya…? Yang pasti, di kota ini, tempat pertama kali menimba ilmu di jenjang pendidikan tinggi. Tidak tanggung-tanggung, ngabisin waktu 7 tahun, 😀 Pertama kali dapat pekerjaan, itu pun disambi sambil kuliah. Tempat bertemu kembali dengan cinta, setelah lama tidak berjumpa, 😛 Tempat pertama membangun keluarga kecil. Entahlah, kata orang sich semacam ada chemistry diantara kami, saya dan Bandung. Kota kenangan itu ternyata Bandung. Ada apa dengan kota Bandung ? Ada banyak parameter yang membuat kota Bandung adalah kota kenangan: 1) Temperatur, 2) Kelembaban, 3) Curah Hujan, 4) Tekanan atmosfer, 5) Durasi Sinar Matahari, 6) Kecepatan Angin, dan 7) Jumlah Partikel di Udara.

Temperatur di Bandung kisaran 23 – 28 derajat celcius. Cukup nyaman kan ? Dengan suhu minimum bisa mencapai 16 derajat celcius dan suhu maksimum berada dikisaran 35 derajat celcius, serta rata-rata temperatur berada di angka 25 derajat celsius. Masih cukup nyaman kan untuk beraktivitas atau sekedar sightseeing ? So pasti juga. Dengan temperatur seperti ini, pada saat kedinginan tinggal tarik selimut atau pakai mantel / jaket. Jikalau kepanasan, nyalain AC atau pergi ke taman yang sejuk. Apalagi sekarang, banyak taman tematik yang disediakan oleh Bapak Walikota Bandung. Pas kepanasan, kalau mau AC tinggal ngadem di mall-mall, atau pilih yang alami di taman-taman. Pokoknya dijamin nyaman, asalkan hati sedang senang, 😛

Kelembaban (Relative Humidity, RH) kisaran 60 – 80%, dengan rata-rata 76%. Nah ini dia, parameter yang bikin hati bisa senang atau tidaknya. Kenapa bisa begitu ? Karena eh karena, ada hubungannya dengan temperatur. Misalkan, temperaturnya sedang panas, ketika kelembabannya sedang tinggi, maka badan kita akan merasakan temperatur yang lebih tinggi dari yang terbaca di termometer. Berbeda kalau temperatur tinggi tapi kelembaban rendah, maka badan kita akan merasakan temperatur yang lebih rendah dari yang terbaca di termometer. So, benar kan ? Bahwa yang menyebabkan mood kita berubah-ubah ya parameter ini, kelembaban, ditambah dengan temperatur. Berharap saat temperatur panas, kelembaban rendah, juga sebaliknya pada saat temperatur dingin, kelembabannya tinggi, 😀 CMIIW….

Bagaimana dengan Curah Hujan di Bandung ? Per tahun level air hujan yang diterima Bandung kisaran 1500 sd 2250 mm, dengan rata-rata sekitar 2000 mm. Cukup tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata daerah lain di Indonesia. Karena Indonesia hanya mempunyai dua iklim, basah dan kering, maka level air hujan yang diterima Bandung banyak terkonsentrasi pada musim basah alias musim hujan. Dalam setahun, jumlah hari dalam keadaan hujan diatas 50%. Artinya lebih dari 180 hari dalam setahun, sekitar 195 hari, Bandung dalam keadaan hujan. Cukup basah memang. Dua hal inilah, yang merupakan salah dua penyebab kenapa Bandung selalu langganan banjir tiap tahunnya. Terlepas dari tatanan kotanya yang masih harus banyak diperbaiki tentu saja. Tapi, tetap tak mengurangi bahwa kota Bandung adalah kota yang nyaman untuk dikunjungi ? So, bila musim hujan datang, segera sediakan payung.

Ada satu lagi penyebab mood kita bisa berubah sebenarnya, yakni Tekanan Udara / Atmosfer. Bandung memiliki tekanan atmosfer kisaran 900 – 1000 mbar. Itu cukup membuat warna kita menjadi cerah atau sebaliknya. Senang kan kalau di suatu hari kita memandang langit dalam keadaan cerah, atau pas kepanasan tapi udara yang dirasakan dingin. Sebaliknya, pas jalan-jalan tiba-tiba hujan turun dengan lebat, apalagi kalau diiringi dengan angin ribut. Nah faktor parameter ini jangan disepelekan. So, sebelum pergi keluar untuk beraktivitas, lihat terlebih dahulu T, RH, dan P nya, disingkat TRHiP, diplesetkan menjadi TRiP alias perjalanan, 😛 T untuk Temperatur, RH untuk Kelembaban, dan P untuk Tekanan. Dijamin, kita punya alat pengatur mood kita sekarang, 😀

Nah ini dia enaknya bermanja-manja di Bandung. Durasi Sinar Matahari per harinya sekitar 50-60%. Keluar habis shalat Subuh, untuk lari pagi atau naik sepeda, kemudian menikmati jajanan di pinggir jalan setelahnya, nikmatnya maknyos banget. Agak siangan cuci mobil sambil makan ronde kedua. Tetep, kalau urusan cuci mobil, paling banyak diprotes sama Nyonya. Ya gimana lagi ya ? Cuci mobil itu keadaan dimana terjadinya keselarasan antara pekerjaan dengan lamunan, yang berpadu secara natural, tanpa perlu gesekan ataupun jenis usaha lainnya, 😛 Habis itu main game siangnya, kemudian lanjut ke taman atau mall sorenya. Senang kan ? Dan kita masih bisa merasakan sinar matahari langsung fresh from the natural, 😀 Tapi itu pun tergantung TRiP kita, hihihi….

Angin…. angin…. bawalah ku bersamamu…. ku ingin pulang…. 😀 Kecepatan angin di Bandung sekitar 11 km/jam atau sekitar 3 m/s. Dengan kecepatan seperti itu, akan sangat sulit memang jika Bandung ingin membangun energi bertenaga angin. Tetapi akan cukup bersahabat bila kita akan beraktivitas outdoor. Pokoknya wisata kuliner, beli baju yang up-to-date, diiringi lagu anak jalanan di lampu stop perempatan, dan sedikit kaca mobil dibuka. Wuih segernya…. Juga dengan rata-rata kecepatan angin seperti ini, membuat nyaman Bapak/Ibu pilot menerbangkan pesawatnya sampai di bandar udara internasional Husein Sastranegara dengan aman. Biasanya angin akan terasa kencang pada saat musim peralihan antara musim basah dan musim kering, akibat terjadinya perubahan TRiP. Jadi TRiP tidak hanya berpengaruh terhadap mood manusia, tetapi juga berpengaruh terhadap arah dan kecepatan angin, hahaha. So, masih ragu untuk datang ke Bandung ? Nyesel lho… 😀

Bila 6 parameter berbicara hal yang positif, maka tidak dengan parameter yang ke-7 ini. Suspended particulate matter, atau Jumlah Partikel di Udara, atau biasa kita kenal dengan tingkat polusi udara, untuk Bandung dikisaran 30 ribu sd 60 mikro gram per meter kubik. Cukup tidak bersahabat bagi kesehatan manusia, khususnya bagi saluran pernapasan. Hal ini banyak terjadi pada musim kering, dimana TRiP sangat berpengaruh menerbangkan debu-debu jalanan. Harus sedia masker tampaknya. Salah satu tugas saya nantinya adalah mengedukasi masyarakat akan arti pentingnya level pencemaran di udara. Entah ada hubungannya atau tidak, karena belum diperiksa secara ilmiah baik medis maupun pengukuran lapangan, selama saya di Kanazawa, jarang sekali saya bersin. Padahal hidung saya cukup sensitif bila terdapat kehadiran debu ini. Jadi cukuplah radar hidung ini mengendus apakah lingkungan ini sehat atau tidaknya.

Jadi, masih ragu untuk datang ke Bandung ? 85% lebih berdasarkan 7 parameter diatas, mengatakan bahwa Bandung adalah kota yang nyaman. Sekaligus menjadi kota kenangan bagi saya. Semoga Bandung ke depannya akan menjadi kota budaya, kota teknologi, kota yang sehat jasmani dan rohaninya, dan kota yang ramah buat semua orang. Aamiin…

Bandung
Data Meteorologi Bandung 2000 – 2012 (Sumber Data: Website BMKG)

Sumber Data: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/)


One response to “Bandung”

Leave a Reply